INFO BISNIS ONLINE ASURANSI PENDIDIKAN SYARIAH BE A MILIARDER WEB HOSTING HAJI & UMROH

Senin, 13 Desember 2010

Menganggur atau jadi miliarder

TIAP tahun, sebagaimana dilansir media, rata-rata terdapat 20 persen lulusan perguruan tinggi di Indonesia yang menganggur. Pada akhir 2009, sarjana penganggur itu mencapai 900.000 orang, sementara ratusan ribu sarjana menganggur, sejumlah perusahaan asuransi jiwa berteriak kekurangan agen. Ana Mustamin
” Tidak mudah merekrut agen,” kata kawan saya, seorang manajer pemasaran, ”Apalagi lulusan sarjana.”
Ia mengaku membuka pendaftaran penerimaan agen setiap hari. Namun, tetap saja agen yang dijaringnya tidak pernah mencukupi kebutuhan.
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) memperkirakan, hingga 2012, industri asuransi jiwa membutuhkan paling sedikit tambahan 250.000 agen dari jumlah agen saat ini. Kebutuhan itu setara 27 persen angka sarjana penganggur tahun 2009.
Sarjana ogah menjadi agen asuransi? Kalau alasannya karena profesi ini dinilai kurang prospektif, pasti keliru. Sudah sejak hampir satu dasawarsa silam agen asuransi ditahbiskan menjadi satu dari 10 profesi dengan penghasilan tertinggi di Indonesia. Saat itu, disebutkan, agen asuransi profesional rata-rata membukukan penghasilan Rp 1 miliar sampai Rp 2 miliar setahun. Angka itu menempatkan penghasilan agen hanya kalah dari distributor multi level marketing dan entertainer.
Kalau saat ini banyak profesi baru bermunculan dengan penghasilan yang sama fantastiknya, itu tidak berarti penghasilan agen asuransi sudah tidak menjanjikan. Perusahaan asuransi kini makin memanjakan agen. Selain memberikan komisi dan tunjangan, agen berprestasi juga dihujani bonus. Agen adalah pelaku industri asuransi yang paling banyak melakukan perjalanan ke mancanegara. Selain berwisata, agen juga mengasah wawasan dan intuisi dalam menggarap pasar. Anda mungkin pernah mendengar Million Dollar Round Table (MDRT). Ini salah satu wadah agen asuransi berprestasi dari seluruh dunia untuk berbagi pengalaman.
Agen asuransi sebetulnya bukan semata profesi yang menuntut Anda menjadi money hunter seumur hidup meski untuk pekerjaan ini Anda bisa mengeruk penghasilan tanpa batas. Sejumlah perusahaan asuransi menyediakan jenjang karier bagi agen mereka yang berprestasi. Di perusahaan tempat saya bekerja, beberapa anggota dewan direksi merintis karier dari agen. Itu sebabnya ada tuntutan merekrut agen dari lulusan perguruan tinggi. Agen memiliki fleksibilitas untuk masa depannya, tetap menjadi pemburu uang, menjadi bagian dari manajemen, atau bahkan keduanya.
Sangat prospektif
Dari data Biro Perasuransian Departemen Keuangan selama periode 2003-2007, industri asuransi jiwa membukukan pertumbuhan premi 36,16 persen atau meningkat dari Rp 13,6 triliun pada 2003 menjadi Rp 45,5 triliun pada 2007. Pada 2008, sedikit mengalami perlambatan akibat imbas krisis global. Namun, pada 2009 dan 2010, kinerja industri ini kembali normal dengan rata-rata pertumbuhan di atas 30 persen.
Yang menarik, meski nominal premi tumbuh signifikan, jumlah portofolio asuransi tidak banyak berkembang. Penetrasi pasar relatif tidak jauh berbeda dibandingkan dengan 10 tahun lalu. Pemegang polis individual masih berkisar 4 persen dari jumlah populasi penduduk dan peserta asuransi secara keseluruhan baru mencapai kisaran 14 persen. Penetrasi yang rendah ini tentu mendorong perusahaan asuransi merekrut agen dalam jumlah besar. Apalagi, selama ini, lebih dari 90 persen premi asuransi jiwa masih dikontribusi agen.
Semangat ”entrepreneur”
Dengan prospek yang menjanjikan, mengapa sarjana kita enggan menjamah profesi ini?
Bisa jadi karena dua hal: malas dan gengsi. Masih banyak yang mengidentikkan agen asuransi dengan sales yang kerjanya menyusuri jalan, mengetuk pintu demi pintu untuk mendapatkan nasabah. Pekerjaan yang upahnya sangat tergantung seberapa banyak ia mendapatkan prospek atau nasabah. Apa enaknya? Lebih nyaman duduk sepanjang hari di ruangan ber-AC, berbusana rapi dan wangi, dan yang lebih penting: setiap bulan pada tanggal tertentu menerima upah tetap.
Profesi agen pada dasarnya memang bukan pekerjaan mudah. Terutama karena jasa yang ditawarkan bersifat intangible yang benefitnya tidak dapat dinikmati seketika. Menjadi agen terutama membutuhkan mental kuat. Misalnya, dari 150 orang yang dikunjungi dalam sebulan, yang berhasil masuk asuransi belum tentu sebanyak bilangan jari.
Namun, apakah menjadi agen memang sesulit yang dibayangkan? Rasanya juga tidak. Setiap tahun ajang pemberian penghargaan bagi agen asuransi jiwa (Top Agent Award/TAA) membuktikan itu. Ribuan agen berprestasi dari berbagai perusahaan berkumpul di perhelatan itu dan masing-masing selalu punya kisah sukses dalam melakoni profesi agen. Sebagaimana profesi lain, yang dibutuhkan hanya sikap profesional dan terutama semangat kewirausahaan (entrepreneurship), sesuatu yang oleh pengusaha Ciputra disebut langka di negeri ini.
Agen asuransi saat ini juga jauh dari stereotip yang digambarkan selama ini. Dengan penghasilan melimpah, agen profesional tentu saja sanggup berpenampilan sama dengan profesional lainnya: mengemudikan mobil mewah, menenteng notebook ke sana ke mari. Teknologi komunikasi juga kian memudahkan pekerjaan agen. Kini agen tidak harus mengetuk pintu demi pintu untuk berkenalan dengan prospek. Karena media sosial yang memungkinkan berjejaring bertebaran di internet.
Nah, para sarjana, masih enggankah melakoni profesi ini? Atau, Anda memang lebih suka menganggur ketimbang menjadi miliarder?
Ana Mustamin Head of Corporate Communication, AJB Bumiputera 1912

INGIN JADI AGEN ASURANSI BUMIPUTERA SYARIAH???
HUBUNGI: 085710450516 (LULUK NOVIANA, S.FARM)